Dahsyatnya Proses Sakaratul Maut

“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, nescaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghazali mengutip atsar Al-Hasan).

Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :

1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan risiko-risiko kematian.Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, nescaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kukuh atau berlindung di balik teknologi kedoktoran yang canggih serta ratusan doktor terbaik yang ada di muka bumi ini. Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kukuh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:78)

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS al-Jumu’ah, 62:8)

4. Kematian datang secara tiba-tiba.Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepatDan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)

Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut

Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)

Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)

Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW . Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.

Imam Ghazali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.

Imam Ghazali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang lelaki yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata lelaki tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Lima puluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.”Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeza untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang.

Mustafa Kemal Attaturk, bapa modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi. Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup.

Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.

Sakaratul Maut Orang-orang Zalim

Imam Ghazali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sedar Ibrahim as pun berkata bahawa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata):

"Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93)

(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); "Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun". (Malaikat menjawab): "Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan". Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)

Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “

Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu. Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”. Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!

Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa

Sebaliknya Imam Ghazali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki.

Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikat pun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.Wallahu a’lam bish-shawab.Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya.

Amin !

Read Users' Comments (1)comments

Kata-kata Orang Hebat

"Mencari ikhlas itu umpama mencari seekor semut hitam di dalam pekat malam" - Ayah kepada Ikrimah di satu tamrin

"Ikhwah faham kan? Kalau faham tapi tak buat juga, ana jumpa je lepas ni, ana sepak!!!" - Muhammad Hussaini Khairudin, semasa menyampaikan daurahnya

"Kalau antum minat kat seorang tu, antum doa je hari-hari, doa je terus = "Ya Allah, Kau kahwinkanlah aku dengan die, aku dah minat gile-gile ni"" - Ustaz WAMY merangkap Sang Murobbi pada satu sesi usrah

"Sangat penting untuk kita menekankan keimanan yg tinggi kedalam hati mad'u kerana pada akhirnya keimanan itulah yang akan memacu mereka untuk bergerak di dalam medan dakwah" - Ustaz WAMY merangkap Sang Murobbi pada satu sesi usrah

"Semua orang nak jadi baik, sebab fitrah setiap manusia ni nak jadi baikkan, jadi dengan join usrah, korang dah dalam proses kembali ke fitrah" - Anak kepada seorang Pak Cik di Langkawi ketika mempromote usrah pada satu sesi Muhadharah

"Try and Error je" - Ustaz Atiff, menjawab SMS pada Hari Raya Pertama

"Kita tak boleh rasa kita ada satu hak milik dalam da'wah dan tiada seniority dalam da'wah" - Bakal Doktor IMU Seremban merangkap mantan President PPIM pada satu sesi daurah

"Portion tertinggi kemenangan kita datangnya dari Allah" - Seorang ikhwah yang berusia '9' tahun, semasa singgah di Baituna

"Siapakah dia Athinahapan?" - Al-Akhuna Wea, seorang penulis blog yang berjaya / penulis tetap Dakwah.info

"Kita sedar walau dalam kesyumulan jemaah kita, kita still ada kekurangan... kalu antum nk lebih ruhi, keluarlah dengan jamaah tabligh, kalu antum nak belajar hadith, belajarlah dengan geng2 salafi.... tapi antum kena tahu priority dan tariqul da'wah kita adalah cara kita" - Pak Cik / U.Kay / UQY di satu sesi daurah Muntalaq

"Kita didalam dakwah ini hendaklah menjadi seperti air yang mengalir... Andai disekat / dihalang, still kita boleh mengalir melalui laluan yg laen... Dan akhirnya kita still akan sampai ke destinasi kita" - Seorang akh dari Brunei yg kini studi di UIA

"Zaman Rasulullah dulu kalu x pergi sembahyang di masjid, kena bakar rumah" - Al-Akh Unisel ketika berceramah dengan penuh semangat kepada seorang Pak Guard

"Kita hanya berusaha, natijahnya Allah yang tentukan, jangan risau" - Fateh yang ku kenali

"Air yang tak bergerak pun akan busuk, begitulah juga orang yang mengaku diri mereka Da'ei" - Kata-kata dari seorang Super Murobbi dari Brunei

"Amacam? Ok tak? Ada sapa-sapa lagi nak tambah?" - Abang Adil ketika menyampaikan Muhadaroh Maza Yakni nye

"Sekiranya kita masih mampu bersuara, kita masih tak cukup penat lagi" - Seorang Da'ei dari UNIM ketika turun dari pendakian Gunung Angsi

"Kalau dah malas tu, memang tak boleh buat apa-apa dah. Ubat tu hanya ada pada tuan punya badan sahaja" - Ketua Badan Dakwah CUCMS

-dicopy dr blog Prof. Hussani-

Read Users' Comments (1)comments

Islam Makin Berkembang...

Islam Di Perancis

Kajian yang dilaksanakan Kementerian Dalam Negeri Negara Perancis menyimpulkan, bahawa perkembangan agama Islam di Prancis sangat pesat. Agama Islam menjadi urutan ke dua setelah agama Nasrani.Lebih lanjut kajian itu menyatakan, bahawa lebih dari 3600 warga Negara Prancis masuk Islam setiap tahunnya. Penganut agama ini paling taat terhadap undang-undang yang ada. Kejahatan yang dilakukan umat muslim sangat minimum.

Sebagaimana juga umat Islam sangat disiplin terhadap pelaksanaan ajaran Islam, seperti solat, puasa, dan tidak mengkonsumsi khamer.Lebih dari 60% umat Islam di Perancis tidak mengkonsumsi khamer selamnya, meskipun hanya sekali dalam hidupnya. 55% dari mereka akan menunaikan ibadah haji tahun depan.Kajian ini menutup pernyataannya, bahawa majoriti pemuda muslim di negara yang terkenal dengan menara Eifelnya ini sangat komitmen terhadap agamanya. Faktor inilah yang menjadikan Islam berkembang sangat pesat di Perancis.

Kajian ini sesuai dengan hasil survey yang dirilis oleh Sekolah Tinggi Negeri Program Survey dan Kajian Ekonomi di Perancis tahun 2005, bahwa jumlah anak yang lahir dan diberi nama seperti nama Rasulullah saw. –Muhammad- sebanyak lima puluh tiga ribu tiga ratus tujuh puluh tujuh (53 377) orang.Sejarah mencatat penamaan Muhammad melonjak tajam selama lima puluh tahun belakangan ini, padahal belum pernah tercatat secara rasmi kelahiran orang Perancis sebelum Tahun 1925 dengan nama Muhammad.

Pada Tahun 1926 berdiri Masjid Agung Perancis, semenjak itu tertulis secara administrasi formal nama anak pertama yang lahir dan diberi nama Muhammad.Dalam survey itu juga disebutkan bahawa tersebarnya penamaan Muhammad, juga nama-nama religius atau nama yang ada kaitannya dengan momentum sejarah terhadap anak-anak mereka, sangat erat kaitannya dengan tersebarnya kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilihat dan diikuti oleh minoritas muslim di Barat sejak akhir tahun enam puluhan.

Islam Di Itali

Menteri Dalam Negeri Itali telah mengumumkan pada tanggal 8 April lalu, bahawa jumlah penduduk yang menganut agama Islam sampai sekarang ini berjumlah dua juta orang.Padahal pada tahun 2001 baru berjumlah satu 'point' enam juta orang. Dalam rentang waktu tujuh tahun itu pertumbuhan umat Islam di sini mencapai empat ratus ribu orang. Tabloit “The Guardian” bahawa angka terbaru dari jumlah umat Islam membuktikan secara nyata bahawa Islam sangat berpengaruh di Itali. Islam menjadi agama kedua yang di anut penduduk Itali setelah agama Nasrani. Jumlah umat Islam di Italia mencapai tiga 'point' tiga persen (3,3%) dari jumlah keseluruhan jumlah penduduk Itali. Masih menurut tabloid ini, bahawa Islam menjadi agama yang paling cepat pertumbuhannya di negara Itali.

(it/ut)www.dakwatuna.com

Read Users' Comments (0)

Taubat Sejati Seorang Pemuda

Imam Malik bin Dinar mengajari kita dalam bagian ini tentang seorang pemuda kecil di waktu haji, dengan bertutur,"Ketika kami mengerjakan ibadah haji, kami mengucapkan talbiyah dan berdoa kepada Allah, tiba-tiba aku melihat pemuda yang masih sangat muda usianya memakai pakaian ihram menyendiri di tempat penyendiriannya tidak mengucapkan talbiyah dan tidak berzikir mengingat Allah seperti orang-orang lainnya.

Aku mendatanginya dan bertanya, mengapa dia tidak mengucapkan talbiyah ?'"Dia menjawab, "Apakah talbiyah mencukupi bagiku, sedangkan aku sudah berbuat dosa dengan terang-terangan. Demi Allah! Aku khuwatir bila aku mengatakan labbaik maka malaikat menjawab kepadaku, 'tiada labbaik dan tiada kebahagiaan bagimu'.

Lalu aku pulang dengan membawa dosa besar."Aku bertanya kepadanya, "Sesungguhnya kamu memanggil yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."Dia bertanya, "Apakah kamu menyuruhku untuk mengucapkan talbiyah? "Aku menjawab, "Ya."Kemudian dia berbaring di atas tanah, meletakkan salah satu pipinya ke tanah mengambil batu dan meletakkannya di pipi yang lain dan mengucurkan air matanya sembari berucap, "Labbaika Allaahumma labbaika, sungguh telah kutundukkan diriku kepada-Mu dan badan telah kuhempaskan di hadapan-Mu."

Lalu aku melihatnya lagi di Mina dalam keadaan menangis dan dia bekata, "Ya Allah, sesungguhnya orang-orang telah menyembelih korban dan mendekatkan diri kepada-Mu, sedangkan aku tidak punya sesuatu yang boleh kugunakan untuk mendekatkan diri kepadamu kecuali diriku sendiri, maka terimalah pengorbanan diriku. Kemudian dia pengsan dan tersungkur mati. Akupun mohon kepada Allah agar Dia mahu menerima amal ibadah dan pertaubatannya.

Sumber: Asyabalunal 'Ulama (65 Kisah Teladan Pemuda Islam Brilian), Muhammad Sulthan.

Read Users' Comments (3)

7 Indikator Kebahagiaan Dunia

Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di masjid. Suatu hari ia ditanya oleh para Tabi'in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, iaitu :

Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.Memiliki jiwa syukur bererti selalu menerima apa adanya (qana’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah. Bila sedang kesusahan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu : "Kalau kita sedang susah perhatikanlah orang yang lebih susah dari kita". Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!

Kedua. Al azwaju shalihah, iaitu pasangan hidup yang soleh.Pasangan hidup yang soleh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang soleh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak isteri dan anaknya kepada kesolehan. Berbahagialah menjadi seorang isteri bila memiliki suami yang soleh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak isteri dan anaknya menjadi muslim yang soleh. Demikian pula seorang isteri yang soleh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang isteri yang soleh.

Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.Saat Rasulullah SAW lagi tawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai tawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu : "Kenapa pundakmu itu ?" Jawab anak muda itu : "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah uzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika solat, atau ketika istirehat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya". Lalu anak muda itu bertanya: " Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk ke dalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ?" Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: "Sungguh Allah redho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu". Dari hadis tersebut kita mendapat gambaran bahawa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minima kita boleh memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang soleh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang soleh.

Keempat, albiatu sholihah, iaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.Yang dimaksudkan dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuah hadisnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang soleh. Orang-orang yang soleh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah. Orang-orang soleh adalah orang-orang yang bahagia kerana nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya. Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang soleh.

Kelima, al malul halal, atau harta yang halal. Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya. Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. "Kamu berdoa sudah bagus", kata Nabi SAW, "Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan”. Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kukuh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.

Keenam, Tafakuh fi dien,atau semangat untuk memahami agama.Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya. Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng ”hidup” kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.

Ketujuh, iaitu umur yang baroqah. Umur yang baroqah itu ertinya umur yang semakin tua semakin soleh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang umurnya baroqah.

Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai 7 indikator kebahagiaan dunia.
Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikator kebahagiaan dunia tersebut ? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, maka mohonlah kepada Allah SWT dengan sesering dan se-khusyu’ mungkin membaca doa ‘sapu jagat’ , iaitu doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah SAW. Dimana baris pertama doa tersebut “Rabbanaa aatina fid dun-yaa hasanaw” (yang artinya “Ya Allah karuniakanlah aku kebahagiaan dunia ”), mempunyai makna bahwa kita sedang meminta kepada Allah ke tujuh indikator kebahagiaan dunia yang disebutkan Ibnu Abbas ra, yaitu hati yang selalu syukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, teman-teman atau lingkungan yang soleh, harta yang halal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan umur yang baroqah. Walaupun kita akui susah mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalam genggaman kita, setidak-tidaknya kalau kita mendapat sebagian saja sudah patut kita syukuri. Sedangkan mengenai kelanjutan doa sapu jagat tersebut yaitu “wa fil aakhirati hasanaw” (yang artinya “dan juga kebahagiaan akhirat”), untuk memperolehnya hanyalah dengan rahmat Allah. Kebahagiaan akhirat itu bukan syurga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Syurga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk syurga bukan kerana amal soleh kita, tetapi kerana rahmat Allah. Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan solat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk syurga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat syurga yang dijanjikan Allah. Kata Nabi SAW, “Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke syurga”. Lalu para sahabat bertanya: “Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?”. Jawab Rasulullah SAW : “Amal soleh saya pun juga tidak cukup”. Lalu para sahabat kembali bertanya : “Kalau begitu dengan apa kita masuk syurga?”. Nabi SAW kembali menjawab : “Kita dapat masuk syurga hanya kerana rahmat dan kebaikan Allah semata”.Jadi solat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk syurga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah (Insya Allah, Amiin).

(Sumber tulisan: ceramah Ustad Aam Aminudin, Lc. di Sapporo, Jepang, disarikan secara bebas oleh Sdr. Asep Tata Permana, sedikit diedit oleh Penjaga Kebun Hikmah)

Dipetik dari
http://www.kebunhikmah.com/

Read Users' Comments (0)

Kenali Imam Hassan al-Banna

Imam Hassan al-Banna adalah seorang mujahid politik dan sosial Mesir yang lebih dikenali sebagai pengasas Ikhwan Muslimin.

Imam Hassan al-Banna ialah pengasas Ikhwan Muslimin, pertubuhan pembaharuan Sunnah yang paling besar dan berpengaruh dalam abad ke 20 ini. Ditubuhkan di Mesir pada 1928, Ikhwan Muslimin menjadi pergerakan politik terbesar yang secara terbuka menentang kebangkitan idea-idea barat dan sekular di Timur Tengah. Ikhwan mendapati idea-idea ini adalah punca kepada keruntuhan masyarakat Islam dalam dunia moden ini, dan meyakini bahawa kembali semula ke jalan Islam sebagai penyelesaian terhadap penyakit-penyakit yang telah menimpa masyarakat Islam. Kepimpinan Hassan al-Banna adalah kritikal terhadap perkembangan yang memberangsangkan ke atas Ikhwan sekitar tahun 30an dan 40an. Pada awal tahun 50an, beberapa cawangan Ikhwan telah ditubuhkan di Syria, Sudan dan Jordan. Tidak lama kemudian, pengaruh pergerakan ini dapat dirasai di tempat-tempat sejauh di Teluk dan di negara-negara bukan Arab seperti Iran, Pakistan, Indonesia dan Malaysia. Pemangkin kepada perkembangan ini adalah ketrampilan model pertubuhan ini disemadikan dalam bentuk asalnya seperti yang dipaparkan oleh Ikhwan Mesir, dan kejayaan hasil-hasil penulisan Hassan al-Banna. Diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, hasil-hasil penulisan ini sejak sekian lama telah membentuk generasi-generasi aktivis Sunnah di serata dunia Islam.

Hassan al-Banna telah dilahirkan pada tahun 1906 di Mahmudiyya, Mesir (barat-laut Kairo). Bapanya, Sheikh Ahmad al-Banna, adalah seorang guru masjid dan imam yang dihormati, berpendidikan di Universiti al-Azhar, yang telah bersatu tenaga dan menulis buku-buku tentang tradisi-tradisi orang Islam, dan juga memiliki sebuah kedai di mana beliau membaiki jam dan menjual gramofon. Walaupun Sheikh Ahmad al-Banna dan isterinya memiliki harta, mereka tidaklah kaya dan bertungkus lumus untuk mencukupkan keperluan kehidupan mereka, terutamanya setelah mereka berpindah ke Kairo pada tahun 1924. Seperti kebanyakan orang lain, mereka mendapati bahawa pendidikan Islam dan kealiman/kawarakan tidak lagi dihargai, dan ianya tidak dapat bersaing dengan industri berskala besar di ibu negara.

Apabila Hassan al-Banna berusia 12 tahun, beliau melibatkan diri ke dalam aliran Sufi dan menjadi ahli baru sepenuhnya dalam tahun 1922.

Apabila beliau berusia 13 tahun, Hassan al-Banna berpindah ke Kairo untuk memasuki Kolej Darul ‘Ulum. Kehidupan di pusat bandar menawarkan beliau ruang aktiviti yang luas daripada di luar bandar dan peluang untuk bertemu dengan ulama’ Islam yang muktabar (sesungguhnya, syukurlah di atas kenalan-kenalan bapanya), namun pemikiran dan perasaan beliau amat terganggu dengan kesan-kesan kebaratan yang dilihatnya di sana, khususnya kebangkitan sekularisma dan keruntuhan moral budaya. Empat tahun yang dihabiskannya di Kairo mendedahkan beliau kepada keserabutan politik di ibu negara Mesir pada tahun 20an, dan meningkatkan kesedaran beliau terhadap sejauh mana cara-cara Barat dan sekular telah menembusi keagungan masyarakat. Sejak itulah Hassan al-Banna menjadi asyik dengan apa yang dilihatnya di mana generasi muda semakin hanyut dari Islam. Beliau percaya bahawa perjuangan hati dan minda pemuda akan membuktikan kritikal kepada kelangsungan agama yang telah dikongkong oleh serangan Barat. Semasa belajar di Kairo, beliau mendalami hasil-hasil penulisan pengasas Reformisma Islam (gerakan Salafiah), termasuklah seorang Mesir bernama Muhammad ‘Abduh, yang telah dipelajari oleh ayah Hassan al-Banna sendiri semasa di al-Azhar. Namun, anak murid Muhammad ‘Abduh yang bernama Rashid Rida adalah yang banyak mempengaruhi Hassan al-Banna. Hassan al-Banna adalah pembaca setia Al-Manar, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Rashid Rida di Kairo dari tahun 1898 sehinggalah kematian beliau pada tahun 1935. Hassan al-Banna bersependapat dengan kebimbangan utama Rashid Rida tentang keruntuhan tamadun Islam berbanding dengan Barat. Beliau juga percaya bahawa perkembangan ini dapat disekat dan dihapuskan dengan kembali kepada Islam dalam bentuknya yang tulin dan suci, bebas daripada segala bid’ah yang melemahkan kekuatan ajarannya yang asal. Seperti Rashid Rida di akhir hayat beliau – tetapi tidak seperti Muhammad ‘Abduh dan modenis-modenis Islam yang lain – Hassan al-Banna merasakan bahawa bahaya utama kepada kelangsungan Islam dalam zaman moden adalah berpunca daripada kebangkitan idea-idea sekular Barat lebih daripada konservatisma Al-Azhar dan ulama’ (yang dikritik beliau).

Beliau juga berasa kecewa dengan apa yang dilihatnya sebagai suatu kegagalan ulama’ Islam Universiti al-Azhar dalam menyuarakan penentangan mereka terhadap kebangkitan golongan yang tidak percaya kepada kewujudan Tuhan (atheisma) dan pengaruh mubaligh-mubaligh Kristian.

Dalam tahun terakhir di Darul ‘Ulum, beliau menulis bahawa beliau telah membuat keputusan untuk mendedikasikan dirinya sebagai “seorang kaunselor dan seorang guru” kepada orang dewasa dan kanak-kanak, dalam usaha untuk mengajar mereka tentang “objektif agama dan sumber-sumber kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan”. Beliau menamatkan pengajiannya dalam tahun 1972 dan diberi jawatan sebagai guru bahasa Arab di sebuah sekolah rendah di Isma’iliyya, sebuah pekan luar bandar yang terletak di Zon Terusan Suez.

Usaha untuk mengembangkan risalah inilah yang membuatkan Hassan al-Banna melancarkan Ikhwan Muslimin pada tahun 1928. Pada awalnya, pertubuhan ini adalah salah satu daripada beberapa persatuan Islam kecil yang wujud pada ketika itu. Sama seperti yang telah disertai oleh Hassan al-Banna sendiri pada usia 12 tahun, persatuan-persatuan ini bertujuan untuk memupuk kealiman/kewarakan peribadi dan terlibat dalam aktiviti-aktiviti kebajikan. Lewat tahun 30an, Ikhwan Muslimin telah menubuhkan cawangan-cawangan di setiap wilayah Mesir. Sedekad kemudian, ia telah mempunyai 500,000 ahli yang aktif dan ramai penyokong di Mesir, sementara itu, tarikannya kini dapat dirasai di beberapa buah negara. Perkembangan Ikhwan Muslimin diumumkan selepas Hassan al-Banna memindahkan ibu pejabatnya ke Kairo pada tahun 1932. Faktor tunggal paling utama yang menyebabkan perkembangan dramatik ini berlaku adalah kepimpinan tanzim (pertubuhan) dan ideologi yang ditunjukkan oleh Hassan al-Banna.

Di Isma’iliya, di samping kelas pada waktu siangnya, beliau menyempurnakan niatnya untuk memberikan kelas pengajian malam kepada ibu bapa kepada para pelajarnya. Beliau juga berceramah di masjid, malah di kedai-kedai kopi, yang pada ketika itu usaha beliau ini dianggap sebagai suatu yang baru dan dipandang sebagai suatu kepercayaan moral. Pada permulaannya, beberapa pandangan beliau tentang perkara-perkata furu’ dalam Islam telah membawa kepada bantahan daripada golongan elit agama tempatan, dan beliau mengambil pendekatan/polisi mengelakkan sebarang kontroversi agama.

Beliau amat terkejut dengan begitu banyaknya kesan-kesan ketenteraan asing dan dominasi ekonomi yang jelas di Isma’iliyya: kem tentera British, kemudahan awam dimiliki oleh kepentingan-kepentingan asing, dan kediaman-kediaman mewah pekerja-pekerja asing dari Syarikat Terusan Suez, bersebelahan dengan tempat tinggal pekerja-pekerja Mesir yang begitu kotor dan menjelekkan.

Hassan al-Banna dikenali sebagai seorang yang memberikan impak yang besar di dalam pemikiran moden Islam. Beliau berjaya memperkenalkan semula Islam sebagai suatu sistem kehidupan yang syumul, menyediakan contoh yang praktikal dalam pertubuhan Ikhwannya.

Beliau berusaha untuk membawa perubahan yang diharapkan dalam pembangunan institusi, aktivisma berterusan di peringkat akar umbi, dan keyakinan terhadap kominikasi massa. Beliau meneruskan pembinaan sebuah pergerakan massa yang kompleks yang bercirikan struktur kekuasaan yang canggih; seksyen-seksyen yang bertanggungjawab dalam memajukan nilai-nilai masyarakat di kalangan para petani, pekerja-pekerja dan para profesional; unit-unit yang diamanahkan dengan fungsi-fungsi utama, termasuklah mempropagandakan risalah, mengadakan hubungan dengan dunia Islam, dan kewartawanan dan penterjemahan; dan jawatankuasa khas untuk hal-hal kewangan dan hal-hal perundangan.

Dalam usaha untuk menerajui pertubuhan ini ke dalam masyarakat Mesir, Hassan al-Banna dengan mahirnya yakin kepada rangkaian sosial sedia ada, terutamanya yang dibina di sekitar masjid-masjid, pertubuhan-pertubuhan kebajikan Islam dan kumpulan-kumpulan yang berdekatan. Kesatuan hubungan tradisional ke dalam struktur moden yang berbeza dan istimewa ini adalah asas kepada kejayaan beliau. Terikat secara terus dengan pertubuhan Ikhwan ini dan yang menyemai kepada perkembangannya adalah pelbagai bidang perniagaan, klinik dan sekolah. Tambahan pula, ahli-ahli disatukan dalam pergerakan melalui sebuah siri sel-sel, yang jelas diketahui umum sebagai usar (keluarga; kata tunggal: usrah). Sokongan material, sosial dan psikologi yang disediakannya mempengaruhi kemampuan pergerakan ini dalam menjanakan kesetiaan yang tidak berbelah bagi di kalangan ahlinya dan dalam usaha untuk merekrut ahli-ahli baru. Struktur perkhidmatan dan organisasi di sekitaran di mana pertubuhan ini dibina adalah bertujuan untuk membolehkan inidividu-individu menyatupadukan semula ke dalam ruang lingkup Islam yang jelas, dibentuk oleh prinsip-prinsip pertubuhan ini sendiri.

Berakar umbikan Islam, dakwah Hassan al-Banna menangani isu-isu termasuk kolonisma, kesihatan awam, polisi pendidikan, pengurusan sumber-sumber semulajadi, Maksisma, ketidakadilan sosial, nasionalisma Arab, kelemahan dunia Islam dalam senario antarabangsa, dan konflik yang memuncak di Palestin. Dengan menekankan kebimbangan yang dituntutnya ke atas pelbagai lapisan masyarakat, Hassan al-Banna berupaya merekrut daripada masyarakat Mesir – walaupun dari kalangan penjawat awam berpendidikan moden, pekerja-pekerja pejabat, dan profesional yang terus mendominasikan golongan aktivis dan pembuat keputusan bagi pertubuhan ini.

Pada ketika pertubuhan ini berkembang sekitar tahun 1930an, ia dengan pantas berubah daripada sebuah pergerakan yang berbentuk kerohanian dan reformasi moral kepada sebuah organisasi yang aktif secara langsung dalam senario politik Mesir. Serentak dengan transformasi ini, kecenderungan radikal diserapkan dengan sendirinya ke dalam organisasi ini. “Senjata rahsia” (al-jihad al-sirri) dibentuk, yang menjadi jentera kepada siri pembunuhan musuh-musuh Ikhwan.

Di antara tahun 1948 dan 1949, tidak lama selepas Ikhwan menghantar sukarelawannya untuk berjuang di dalam peperangan di Palestin, konflik di antara kekuasaan monarki dan pergerakan ini sampai ke kemuncaknya. Bimbang dengan kekuatan dan populariti Ikhwan, di samping khabar angin yang mengatakan pergerakan ini akan menggulingkan kerajaan, Perdana Menteri Nuqrashi Pasha mengharamkannya pada Disember 1948. Segala harta organisasi ini dirampas dan ramai ahlinya dipenjarakan. Kurang daripada tiga minggu kemudian, perdana menteri tersebut telah dibunuh oleh seorang ahli Ikhwan. Ini sebaliknya disusuli dengan pembunuhan Hassan al-Banna, yang dianggap dilakukan oleh seorang agen kerajaan, pada bulan Februari 1949, pada ketika usianya hanya 43 tahun dan di tahap kemuncak perjuangannya.

Beliau adalah datuk kepada Tariq Ramadhan dan abang kepada Gamal al-Banna.

Terjemahan Oleh : Saujana Hati

Read Users' Comments (0)